Saturday 19 January 2013

Inspirasi...


Untuk kali ini....kami muatkan kisah ini....Insyallah..untuk renungan kita semua...


Kisah Sukses Pengusaha Makanan



Kisah sukses pengusaha makanan Ayam bakar Wong Solo, Siapa yang tidak mengenal nama rumah makan yang satu ini. Restoran yang selalu mengubah penampilannya secara berkala ini mampu menyedot perhatian konsumen untuk berkunjung mencicipi menu makan yang ada didalamnya. Rumah makan yang dibuka secara kecil-kecilan ini sekarang menjelma menjadi salah satu rumah makan papan atas Indonesia. Buktinya telah berkibar Ayam Bakar Wong Solo puluhan gerai yang tersebar di kota-kota besar di nusantara.  

Ayam Bakar Wong Solo merupakan bisnis kuliner yang mengantarkan banyak pengusaha sukses yang ada di Indonesia melalui kisah sukses perjalan Puspo Wardoyo sebagai pendirinya. Beliau sosok tokoh pengusaha yang pantang menyerah, pekerja keras dan selalu bersemangat dalam mengembangkan usahanya. Memang banyak sekali tantangan dan hambatan yang dihadapi beliau hingga mencapai puncak kesuksesannya. Simak perjalanan panjang pria ini meraih keberhasilannya. 

Puspo Wardoyo

Puspo Wardoyo, merintis waralaba Ayam Bakar Wong Solo hingga menjadi sebesar sekarang ini dari titik paling bawah. Ia pernah menjajakan ayam bakar di kaki lima. Sejak kecil Puspo sudah terbiasa berurusan dengan ayam. Orangtuanya penjaja ayam. Pagi hari, Puspo kecil membantu menyembelih ayam untuk dijual di pasar. Siang sampai malam, ia membantu orangtuanya menjajakan menu siap saji seperti ayam goreng, ayam bakar, dan menu ayam lainnya di warung milik orangtuanya di dekat kampus UNS Solo.

Impian itu sendiri terinpirasi oleh cerita seorang pedagang bakso yang sukses mengarungi hidup di Medan. Ketika pria kelahiran 30 November 1957 itu tengah merintis usaha warung lesehan di Solo selepas mengundurkan diri dari pegawai negeri sipil, suatu saat pedagang bakso asal Solo tersebut bertandang ke tempat Puspo. 

Dia bercerita bahwa peluang usaha warung makan di Medan sangat bagus. Pedagang bakso itu telah membuktikannya. Dalam sehari ia bisa meraup keuntungan bersih di akhir tahun 1990 itu sekitar Rp 300.000. Dari keuntungan berjualan bakso dengan gerobak sorong itulah teman Puspo ini bisa pulang menengok kampung halamannya di Solo setiap bulan. "Dengan uang, jarak antara Solo Medan lebih dekat dibanding Solo Semarang, " kata Puspoyo menirukan ucapan temannya tadi. Wajar saja jika dengan pesawat terbang waktu tempuh antara MedanSolo Berganti pesawat di Jakarta hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Sementara dengan naik bis jarak antara SoloSemarang ditempuh sekitar empat jam.

Cerita sukses temannya itu begitu membekas di benak Puspo. "Saya bertekad bulat akan merantau ke Medan, " pikirnya. Untuk mewujudkan keinginannya itu, apa boleh buat, warung makan yang termasuk perintis warung lesehan di kota pusat kebudayaan Jawa itu pun ia jual kepada temannya. Uang hasil penjualan yang tak seberapa itu ia manfaatkan untuk membeli tiket bus ke Jakarta. Mengapa Jakarta? "Karena dengan uang yang saya miliki, bekal saya belum cukup untuk merantau ke Medan, " katanya. 

Ketika tengah merantau di ibu kota itu, suatu hari Puspo membaca lowongan pekerjaan sebagai guru di sebuah perguruan bernama DR Wahidin di Bagan Siapiapi, Sumatera Utara. Apa boleh buat, demi mewujudkan citacitanya, ia berusaha mengumpulkan modal dengan kembali menjadi guru. Bedanya, kali ini ia tidak lagi menjadi pegawai negeri seperti sebelumnya ketika menjadi staf pengajar mata pelajaran Pendidikan Seni di SMA Negeri Muntilan, Kabupaten Magelang. "Target saya cuma dua tahun menjadi guru lagi," katanya. 

Di sinilah anak pasangan Sugiman Suki ini ketemu dengan isteri pertamanya Rini Purwanti yang sama-sama menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut. Dua tahun menjadi guru ia berhasil mengumpulkan tabungan senilai Rp 2.400. 000. Dengan uang inilah keinginannya menaklukkan kota Medan tak terbendung lagi. Uang tabungan itu sebagian ia gunakan untuk menyewa rumah dan membeli sebuah motor Vespa butut. Masih ada sisa Rp 700.000 yang kemudian ia manfaatkan sebagai modal membangun warung kaki Lima di bilangan Polonia Medan. 

Disini ia menyewa lahan 4x4 meter persegi seharga Rp 1.000 per hari. Suatu saat pegawainya tertimpa masalah. Ia terlibat utang dengan rentenir. Puspo membantunya dengan cara meminjamkan uang. Sebagai ucapan terimakasih, sang pegawai membawa wartawan sebuah harian lokal Medan. Si wartawan yang merupakan sahabat suami pegawai yang ditolong Puspo kemudian menuliskan profilnya. Judul artikel itu Sarjana Buka Ayam Bakar Wong Solo. Artikel itu membawa rezeki bagi Puspo. Esok hari setelah artikel dimuat, banyak orang berbondong-bondong mendatangi warungnya. Siapa sangka jika dari sebuah warung kecil ini kemudian melahirkan sebuah usaha jaringan rumah makan yang cukup kondang di seantero Medan. Impian untuk menaklukkan "jarak" Solo Medan lebih dekat dibanding Solo Semarang pun menjadi kenyataan. Bukan itu saja, penilaian atas prestasi bisnis yang dirintis Puspo lebih jauh melewati impian yang ia tinggalkan sebelumnnya. 

Dari ibu kota Sumatera Utara ini nanti Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo (Wong Solo) melejit ke pentas bisnis nasional. Belakangan ini nama Wong Solo semakin berkibarkibar setelah berhasil menaklukkan Jakarta setelah sebelumnva "mengapung" dari daerah pinggiran. Dalam waktu relatif singkat kehadiran Wong Solo telah merengsek dan menanamkan tonggaktonggak bisnisnya di pusat kota metropolis ini. Ekspansinya pun semakin tak tertahankan dengan memasuki berbagai kota besar di Indonesia.

Fenomena Wong Solo mengundang decak kekaguman berbagai kalangan dari pejabat pemerintah, para pelaku bisnis hingga para pengamat. Hampir semua outletnya di Jakarta selalu sesak pengunjung, terutama di akhir pekan dan hari libur. Bahkan ketika bulan Ramadhan kemarin, semua outlet tersebut membatasi jumlah pengunjung saat berbuka puasa. 

Skala usaha Wong Solo itu memang belum sekelas para konglomerat masa lalu yang dengan enteng menyebut angka aset, omset atau keuntungan per tahun yang triliunan rupiah. "usaha saya memang belum kelas triliunan seperti para konglomerat yang kaya utang itu," paparnya. Kendati masih tergolong usaha menengah, namun kinerja wong Solo sangat solid dan tak punya beban utang. Ia memiliki pondasi kuat untuk terus berkembang. Untuk mewujudkan mimpimimpinya, ayah sembilan anak dari empat istri ini telah melewati rute perjalanan yang berlikaliku lengkap dengan segala tantangannya.

Ada masa ketika di waktuwaktu awal merintis usaha di Medan ia nyaris patah semangat garagara selama berhari-hari tak pernah meraih untung. Hanya berjualan dua atau tiga ekor ayam bakar plus nasi, terkadang dalam satu hari tak seekor pun yang laku. Pernah pula seluruh dagangannya yang telah dimasak di rumah tumpah di tengah jalan karena jalanan licin sehabis hujan. "Apa boleh buat, saya terpaksa pulang dan memasak lagi". katanya. Istrinya yang tak sabar melihat lambannya usaha Puspo bahkan sempat memberi tahu ayahnya agar memberitahu ayahnya agar mempengaruhi Puspo supaya tak berjualan ayam bakar lagi. "Mertua saya bilang, kapan kamu akan tobat," katanya menirukan ucapan sang mertua.

Pada awal perantauannya ke Medan, Puspo wardoyo, sama sekali tak menyangka jika usaha warung ayam bakar “Wong Solo” akan berkembang seperi sekarang. Maklum, rumah makan yang dibukanya hanyalah sebuah warung berukuran sekitar 3x4 meter di dekat bandara Polonia, Medan. Setahun pertama dia hanya mampu menjual 3 ekor ayam per hari yang dibagibagi menjadi beberapa potong. Harga jual per potongnya Rp 4.500 plus sepiring nasi. 

Di tahun kedua, naik menjadi 10 ekor ayam per hari Namun sekarang, 13 tahun kemudian, di memiliki lebih dari 16 cabang tersebar di medan, Banda Aceh, Padang, Solo, Denpasar, Pekanbaru, Surabaya, Semarang, Jakarta, Malang dan Yogyakarta meskipun masih mengandalkan ayam bakar, namun menunya kini makin beragam hingga 100 jenis. Sudah terbiasa bagi Wardoyo untuk menyisihkan 10 % dari keuntungannya untuk amal. Dia percaya, Tuhan akan memperkaya orang yang banyak beramal. Maka jangan heran bila Anda kebetulan mampir di salah satu rumah makannya menyaksikan karyawannya sedang berkerumun di saat menjelang atau usai jam kerja. Mereka sedang melaksanakan ibadah “kultum” atau kuliah tujuh menit.

Promosi dari mulut ke mulut membuat warungnya makin terkenal. Terlebih ketika seorang wartawan daerah membuat tulisan tentang “Wong Solo”, makin ramai saja orang yang makan ke warungnya. Pernah suatu hari dia kewaalahan memenuhi pesanan pelanggan. Di saat tiga ekor ayam jualannya habis, datang pembeli lain yang bersedia menunggu asalkan Wardoyo mau mencari ayam batu ke pasar. Diapun memenuhi permintaan pelanggan tersebut dengan membeli tiga ekor ayam lagi. Namun datang lagi pelanggan lain yang juga bersedia menunggu Wardoyo mencari ayam ke pasar. “Seharian itu, hingga larut malam saya pontang panting ke pasar untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus berdatangan,” kata Wardoyo mengenang. 

Bersamaan dengan bertambahnya pelanggan, dua tahun kemudian Wardoyo memperluas warungnya hingga layak disebut rumah makan. Jiwa seni Wardoyo nampak tergurat pada bentuk bangunan dan penampilannya yang cenderung “nyleneh”. Dalam bentuk bangunan, misalnya, Wardoyo tak segansegan mengeluarkan uang cukup besar untuk membayar seorang arsitek guna mewujudkan imajinasinya terhadap suatu bentuk bangunan.

Perpaduan seni dan entrepreneurship Wardoyo juga tertuang dalam pendekatan terhadap konsumen. ”Saya berusaha menghafal namanama semua pelanggan saya. Sehingga sewaktu mereka datang saya harus menyambut mereka dengan menyebut namanya,” papar Wardoyo. Inilah yang disebutnya sebagai “menjadikan pelanggan sebagai saudara”. 

Seiring dengan berkembangnya “Wong Solo”, Puspo Wardoyo membuka kesempatan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk ikut menikmati nilai tambah Wong Solo melalui system waralaba. Untuk waralaba tersebut, Wardoyo telah membuat standarisasi dalam hal rasa dan gerai (outlet). Jika seseorang membeli waralaba “Wong Solo” di Jakarta, dipastikan sama rasa dan penataan gerainya dengan “Wong Solo” Medan atau di tempat lain.

Setelah sukses membesarkan “Wong Solo”, apa harapan Puspo Wardoyo selanjutnya ? Dengan sungguhsungguh dia menyahut,” Ingin terus bekerja keras, kaya raya, banyak istri, dan masuk surga.” (sumber: kerjasejahtera.blogspot.com)

Sekarang gerai Wong Solo telah berdiri hampir di kota-kota besar yang ada di Indonesia. Keuletan Puspo Wardoyo dalam membesarkan warung makan ayam bakarnya menjadi idaman masyarakat memang tidak mudah. Ia harus merasakan terlebih dahulu berbagai cobaan, rintangan, halangan, hingga masa-masa sulit yang mencekam. Bermodalkan kesabaran, kerja keras, pantang menyerah, dan dibumbui ketaqwaan dalam menjalankan usaha berdasarkan syariat Islam, tak pelak ia mampu menorehkan prestasi yang gemilang, yakni ia mendapat penghargaan Enterprise-50 sebagai Waralaba Lokal Terbaik dari Pesiden RI, Megawati Soekarnoputri. Teruslah berkarya Puspo Wardoyo. Itulah kisah sukses pengusaha makanan yang menginspirasi dan patut kita contoh untuk pengembangan bisnis kita. 

Wednesday 1 August 2012

Thursday 12 January 2012

Menu hari ini



MASAKAN KAMPUNG MENU TENGAH HARI...

P1270984
Salam petang semua, huhu, patut ni masuk dalam ruangan tengah hari, tapi penat nak ngadap tenet, jemu, letih dan ngantuk. Jadi masa ni agak lapang sikit, aku masukkan lah n3 baru. Saja nak share benda2 biasa yang dimasak oleh kedai kami Selalunya masakan biasa2 je, eh lupa nak letak pic singgang ikan kegemaran ku tadi...hmm tak pelah setakat singgang jee kan.. Ok tengah hari tadi mat masak semua atas permintaan, kalau mat gebu, yang sedang2 saja lahh...Tapi masakan atas tu tak delah susah mana, semua resipi dia mat pernah share kat sini dulu...Jadi rungan kali ni kami tak tulis apa2 resipi, lebih pada cerita bergambar saja lahh...
Lemak putih pucuk ubi ni menu arahan pertama mat dapat pagi tadi. Tapi pucuk ubi tu abah mat ambik di kawasan tanah rendah rumah kami. Guna pucuk ubi jenis batang hijau, pilih yang muda saja, kalau ikut style orang2 Rembau, mereka petik daun muda yang tumbuh 3 tangkai dari atas pucuk, dan pucuk hujung sekali dibuang, ini petua untuk mengelakkan pening kepala...ingat petua saja bukan sahih yea...style orang dulu2. Sebelah tu lauk biasa, kacang panjang goreng dengan udang dan cendawan black fungus, campur soo hoon....

 ikan belanak, ikan masin tak goreng sebab semalam punya masih berbaki. Ikan belanak ni sedap, cuma kerja dia lebih sikit. Goreng dalam minyak baru untuk mendapat hasil yang rangup dan tidak melengas. Sedap juga kalau dibuat sambal, atau masak kicap... Hmm begitu lah menu masakan kampung untuk tengah hari tadi...biasa2 jee kan.. Yelah kita dok kampung, manfaatkan apa yang ada...

Thursday 8 December 2011

Resepi untuk anda...


TAHU TELUR

Tahu telur adalah sajian yang terbuat dari telur yang didadar dengan tahu yang digoreng dan disajikan dengan taoge, ketimun, daun seleri dan bawang merah goreng lalu disiram dengan saus petis.  Sajian yang pasti nikmat ini wajib untuk Anda coba!

Bahan-bahan/bumbu-bumbu :

Bahan:
1 buah (300 gram) tahu cina 
4 butir telur 
1/2 sendok teh garam 
1/4 sendok teh merica bubuk 

Bahan Saus Per Porsi:
1 siung bawang putih, digoreng
2 buah cabai rawit, direbus
1 sendok makan kacang tanah kulit, digoreng 
1 sendok teh petis 
1/4 sendok teh garam 
1/2 sendok teh gula merah, disisir halus
50 ml air 
1 sendok makan kecap manis 

Bahan Pelengkap:
200 gram taoge, diseduh air panas
2 buah ketimun, dibuang biji, dipotong kotak
2 batang seledri, diiris halus untuk taburan
1 sendok makan bawang merah goreng untuk taburan 

Cara membuat:
  1. Lumuri tahu dalam 1/2 sendok teh garam dan 150 ml air. Goreng asal berkulit. Potong-potong dan bagi empat bagian.
  2. Kocok telur, garam, dan merica bubuk. Bagi 4 bagian. Campur satu bagian telur dan satu bagian tahu. Aduk rata.
  3. Panaskan 100 ml minyak dalam wajan cekung. Tuang adonan. Goreng sampai matang. Angkat. Lakukan sampai adonan habis.
  4. Saus, haluskan bawang putih, cabai rawit, cabai merah, dan kacang tanah. Masukkan petis, garam, dan gula merah. Aduk rata. Masukkan air dan kecap manis. Aduk rata.
  5. Sajikan tahu telur diatas piring. Beri taoge dan ketimun. Siram dengan saus. Tabur seledri dan bawang merah goreng.

Maklumat untuk anda semua....



Ramai manusia inginkan badan yang sihat dan ideal. Namun tahukah anda amalan pemakanan yang kita sangka 'sihat' selama ini tidak semestinya membantu kita dalam mencapai misi kesihatan yang optimun. Lihat sahaja zaman sekarang pelbagai tips pemakananan dan keadah diet yang 'betul' memenuhi dada akhbar, majalah dan media elektronik. Persoalannya adakah ia berguna kepada kita? Ataupun tips tersebut hanya sekadar diguna-pakai oleh sesetengah pihak? My Decrescendo hari ini ingin membongkar rahsia di sebalik amalan palsu dalam kesihatan.


Palsu - Coklat tidak membantu masalah kitar haid

SEBENARNYA - Coklat memang membantu wanita yang mempunyai simptom PMS kerana kajian membuktikan perasaan marah, sedih dan emosi terganggu dapat dikurangkan dengan coklat kerana kandungan serotonin yang berupaya mengubah mood seseorang. Selain itu coklat juga mengandungi mineral iaitu magnesium di mana ia penting sewaktu haid.
Coklat Cair

Palsu - Manusia memerlukan 8 gelas air sehari

SEBENARNYA - Manusia hanya memerlukan satu liter air dalam badan untuk kekal segar. Apa yang perlu kita tekankan ialah bagaimana memastikan diri kita sentiasa cukup dengan air dan bukannya menjadikan 8 gelas sebagai perkara yang wajib. Cecair dalam badan akan berkurang mengikut rutin dan cara hidup kita. Jika anda rajin bersukan maka anda haruslah menggantikan cecair yang terkumuh dengan minum air yang lebih. Kajian membuktikan walaupun seseorang itu terlupa untuk minum air selama sehari keadaannya akan tetap normal melainkan ia mempunyai masalah yang lain.
8 Gelas Air

Palsu - Makanan manis buat kanak-kanak Hyper Active

SEBENARNYA - Fenomena yang sering dilihat oleh ibu-bapa adalah setelah memberi manisan kepada anaknya, 15 minit kemudian si kecil tadi menjadi sangat aktif. Ia sememangnya nampak seperti masuk akal. Namun kajian oleh Warner, seorang pakar pemakanan membuktikan bahawa manisan tidak langsung mempunyai kaitan biologi dengan kelakuan kanak-kanak. Kelakuan kanak-kanak dipengaruhi oleh persekitaran sekeliling ataupun suasana dan perasaannya. Bukannya kerana manisan tetapi kerana mendapat manisan.
Kanak-kanak dan Donut

Palsu - Makanan organik lebih berkhasiat

SEBENARNYA -  Telur organik, kacang organik dan ayam organik sememangnya menjadi pilihan sesetengah masyarakat yang prihatin dengan khasiat. Namun makanan organik adalah sangat mahal di pasaran. Satu kajian yang dibuat oleh Stanford University, tidak kira bagaimana caranya binatang atau tumbuhan itu dibesarkan, kandungan mineral dan vitaminnya adalah tetap sama. Yang berubah hanya sebilangan kecil produk tenusu seperti yogurt dan keju itupun hanya peningkatan daripada omega 3. Hanya satu kelebihannya iaitu kita tidak akan menghadam racun serangga dan anti bakteria yang digunakan.
Lembu,Sapi

Palsu - Makan tengah malam menggemukkan

SEBENARNYA -  Kajian daripada Arkansas University membuktikan bahawa obesiti bukan berpunca daripada tenaga yang tidak digunakan kemudian bertukar menjadi lemak. Proses pencernaan mengambil masa yang lama dan ia mengikut aktiviti harian kita. Ramai yang berpendapat sewaktu kita tidur kita akan menyebabkan makanan bertukar menjadi lemak. Sebenarnya metabolisma badan kita tidak pernah berhenti. Ia hanya menjadi perlahan sewaktu tidur untuk mengelakkan tenaga yang berlebihan. Kita menjadi gemuk bukan kerana waktu makan tetapi kuantiti kalori yang kita ambil tidak kira ianya pada waktu siang ataupun malam.
Mengintai Peti Sejuk

Palsu - Telur sebabkan sakit jantung

SEBENARNYA - Ramai yang berpendapat kolestrol dalam telur menyebabkan saluran jantung tersumbat dan punca kepada sakit jantung. Tahukah anda 75% kolestrol adalah dihasilkan oleh hati sendiri untuk memproses makanan lemak tepu dan bukannya makanan yang ada kolestrol? Mengikut kajian pakar kolestol dalam telur tiada kaitan dengan penyakit jantung malah pesakit yang tinggi kolestrol juga diberikan telur beberapa biji seminggu kerana khasiat telur adalah menguatkan sel dan juga penyumbang vitamin D.
telur,omega 3


Read more: http://mydecrescendo.blogspot.com/2012/12/6-fakta-palsu-
tentang-makanan.html#ixzz2VJtmPJW4